Sumbawa Besar, Gema-news.com – Bunda PAUD Provinsi NTB melakukan audiensi dengan Pemkab Sumbawa dalam rangka mencegah pernikahan dini dan stunting, pada Kamis (13/7/23) di Ruang Rapat Hasan Usman Lantai 1 Kantor Bupati Sumbawa.
Audiensi ini turut dihadiri Bupati Sumbawa, H. Mahmud Abdullah, Wakil Bupati Sumbawa, Bunda PAUD/Ketua TPPKK Provinsi NTB beserta Jajaranya, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kab. Sumbawa, Asisten Administrasi Umum Sekda Kab. Sumbawa,Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, Ketua TPPKK Kabupaten Sumbawa, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa, Kepala Dinas Bappeda Kabupaten Sumbawa, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sumbawa, Kepala Dinas DP2KBP3K Kabupaten Sumbawa.
Pada kesempatan itu, Bunda PAUD/Ketua TPPKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati menyampaikan, proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin atau berstatus hidup bersama sebelum umur 18 tahun di NTB tertinggi se-Indonesia tahun 2022 (16,23 persen) target Nasional 8,06 persen. Oleh karena itu, solusinya adalah penerapan pola asuh yang benar dan tepat melalui program pola asuh anak dan remaja di era digital, oleh berbagai pihak yaitu Pemerintah, Lembaga Pendidikan, Lembaga/komunitas masyarakat dan orang tua.
Menurutnya, perlu adanya jejaring kerja serta koordinasi yang kuat dari berbagai pihak terkait mulai dari Kabupaten/Kota sampai di tingkat Desa/Kelurahan sesuai kapasitas dan fungsi masing-masing. Integrasi Program PAAREDI dengan Desa Ramah Perempuan Peduli Anak (DRPPA), pembuatan dan penerapan regulasi, peningkatan kapasitas dan peran pemerintah desa/kelurahan,tokoh masyarakat,tokoh agama,tokoh adat, majelis taklim, peningkatan kapasitas anak dan remaja melalui program dialog warga remaja.
Kemudian, penguatan ekonomi keluarga dan masyarakat menjadi aspek yang sangat krusial dalam menunjang penghidupan masyarakat terlebih di tengah dan pasca Covid-19. Kegiatan pengembangan kreatifitas keluarga melalui pemanfaatan potensi yang dimiliki dengan pendidikan non formal (bekerjasama dengan PKBM), membentuk dapur stunting, melatih para kader dan ibu-ibu yang memiliki anak stunting untuk olahan pangan lokal terutama protein hewani dan bekerjasama dengan Ikaboga dan APJI NTB, menggerakkan kader untuk pendampingan dan pemberian protein hewani berupa telur bagi anak stunting. (GM)