Sumbawa Besar, Gema-news.com – Puluhan tengah medis RSUD Sumbawa mendatangi gedung DPRD Sumbawa. Kedatangan para tenaga medis ini untuk menyampaikan sejumlah persoalan dan meminta agar direktur RSUD segera dicopot dari jabatannya.
Dalam penyampaiannya, Dr. Iwan selaku ketua Komite Medis RSUD Sumbawa mengatakan bahwa saat ini terdapat 28 dokter spesialis, sehingga menjadikan rumah sakit Sumbawa terlengkap dari sisi ketersediaan tenaga medis setelah Rumah Sakit Provinsi. Namun kondisi itu, setiap tahun selalu ada dokter spesialis yang mundur lantaran kecewa dengan manajemen RSUD Sumbawa. Padahal mendatangkan dokter spesialis tidaklah mudah.
” Setiap tahun kami kehilangan dokter. Salah satunya Dokter Spesialis Mata dan Spesialis Jantung keluar, lantaran tidak puas dengan manajemen rumah sakit. Mereka keluar karena tidak diberikan haknya selama dua bulan,” Paparnya
Sementara itu, Dr. Herumanuddin mengatakan, banyak jasa dokter spesialis dan tenaga medis lainnya hingga saat ini belum dibayar. Seperti Jasa pelayanan belum dibayarkan dari januari hingga Desember 2022.
“Tidak ada alasan untuk menunda pembayaran itu, karena pasien tetap ada. Dan mereka membayar biaya setelah dilakukan pelayanan,” ucapnya.
Kemudian, Bansos dari Januari hingga Desember 2022 juga belum dibayar. “Daerah bayar bansos itu, dan sudah hingga pertengahan bukan Oktober. BPJS pembayaran didepan 50 persen, Agustus hingga Desember 2022 jasa belum dibayar. Insentif dokter spesialis dan karyawan dari Oktober sampai Desember belum dibayar. Jasa pelayanan covid 2022 belum dibayar. Jamparsal 2021 tidak dibayarkan,” bebernya.
Dikatakan, insentif dokter spesialis di kabupaten Sumbawa juga dinilai rendah. Sehingga menjadi faktor pemicu para dokter spesialis berpikir datang ke Sumbawa. Paling tidak insentif dokter spesialis sesuai dengan peraturan dari Kemenkes.
Ia menjelaskan, seharusnya RSUD Sumbawa sebagai BLUD diaudit oleh auditor eksternal. Bukan hanya diaudit oleh Dewan pengawas. Agar manajemen keuangan di BLUD menjadi sehat dan transparan.
“Ini BLUD saya dengar hutang sampai Rp 50 milliar. Padahal pemasukan juga setiap saat. Pengadaan dan pembelian peralatan juga tidak sesuai. Harusnya ini dilakukan audit oleh auditor eksternal. Sebab da di Permendagri BLUD harus di Adit oleh auditor eksternal,” jelasnya.
Dr. Renaldi, spesialis THT RSUD Sumbawa mengungkapkan, Direktur RSUD Sumbawa mengklaim 5 persen dari total pendapatan RSUD. Jika klaim tersebut tanpa dasar yang jelas, maka itu adalah pungli.
“Kalau sama-sama kita diam maka kita mendukung gratifikasi dan korupsi. Kita harus membuat rumah sakit ini sehat,” kata dia.
Dr yuli menyangkan situasi didalam RSUD Sumbawa. Sebab tenaga medis memperjuangkan hidup dan nyawa pasien setiap hari. Namun pada saat yang sama, tenaga medis juga berjuang untuk mempertahankan hidupnya sendiri.
“Sungguh memperihatinkan kita bekerja seperti ini. Kita mengabdi sambil memperjuangkan hidup. Pada saat kita memperjuangkan hidup orang lain (pasien) kita juga berjuang untuk memperjuangkan hidup. Barangkali ini bisa menjadi sejarah dengan perubahan yang akan dilakukan,” ucap dia.
Dr. Dian juga mengungkapkan RSUD Sumbawa saat ini sedang sakit. Dan tenaga medis serta pegawai tidak pernah mendapatkan pelatihan untuk mendapatkan transformasi informasi dan metode-metode terbaru.
Arifuddin membeberkan, Direktur RSUD tidak segan melakukan intimidasi terhadap karyawan dan tenaga medis. “Diapel kemarin, direktur mengancam akan memecat Non ASB dan akan memulai ASN,” kata dia.
Ia menyesalkan, dewan pengawas yang dinilai tidak melakukan tugasnya seperti yang diharapkan. “Apa sih pekerjaan pengawas BLUD, sehingga bisa terjadi persoalan ini. Silahkan direktur di plt kan saja. Tolong diperhatikan dan selamatkan rumah sakit ini,” tegasnya (GM)